“Sekarang bukan lagi saatnya
kita menyalahkan pendidikan yang dulu
Kini waktunya yang
mampu yang harus mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Karena pendidikan
adalah awal dari bahagiamu”.
Pendidikan harus peka zaman
Dahulu, seorang
pendidik mungkin merasa kesulitan jika ingin menyajikan pembelajaran yang
membutuhkan pemahaman yang mendalam dan diharuskan menggunakan media, sehingga
ujung-ujungnya tak tercipta pemahaman yang utuh karena pembelajaran yang
monoton. Namun, saat ini kita berada pada era dimana kehadiran teknologi tidak
dapat dielakkan lagi, karena perannya begitu besar dalam setiap lini kehidupan
manusia. Hampir semua aktivitas umat manusia tidak akan terlepas dari peran
teknologi, baik aktivitas pribadi maupun aktivitas yang berkaitan dengan
interaksi antarsesama manusia tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pendidikan merupakan hal paling mendasar yang
ikut menentukan maju mundurnya sebuah bangsa dengan jalan menghasilkan produk
pendidikan yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal demikian, pendidikan tak akan
lepas dari sebuah proses belajar. Prof. Dr. H. Soedijono Sastroatmodjo, M.S
dalam buku Rifa’i dan Anni (2012) menyatakan bahwa belajar bukanlah suatu
kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap semata. Begitu
pula belajar bukanlah suatu kegiatan untuk mencari solusi dari suatu masalah. Belajar
itu dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat dan selalu melekat dengan
persoalan-persoalan baru dalam kehidupannya. Oleh karena itu, setiap orang
dituntut untuk meningkatkan dan memperbaiki kemampuannya dalam mempelajari
sesuatu.
Berbicara
mengenai zaman yang terus berubah dan senantiasa menemui tantangan baru dalam pendidikan,
maka perlu diketahui bahwa “di dalam Undang-Undang Dasar 45 telah diamanatkan,
bahwa kita sebagai bangsa Indonesia dalam konteks pendidikan harus berupaya
mencerdaskan kehidupan bangsa” (Munib 2013:36). Untuk itu, pendidik merupakan
figur yang memegang peranan penting dalam pembelajaran di kelas untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam kaitannya dengan teknologi, maka pendidik bisa turut
berperan menjadi teknolog pendidikan. Teknolog pendidikan sendiri merupakan
sebutan bagi orang yang berkecimpung dalam bidang teknologi pendidikan yang menurut
Kusyadi (2008) dalam Richey (2008) merupakan “studi dan praktik etis untuk
memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan
mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai” yang dalam sistem lain
digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.
Peran pendidik di sini adalah bukan sebagai penyaji informasi
yang hendak dipelajari siswa, melainkan membelajarkan siswa mengenai cara-cara
mempelajari sesuatu yang efektif sehingga dapat benar-benar memahamkan siswa.
Oleh karenanya, pembelajaran harus dirancang secara kreatif, menarik dan terbarukan
agar dapat memotivasi siswa dalam belajar dan tentunya agar tak tertinggal dengan
negara lain mengingat pesatnya teknologi yang telah merambah dunia pendidikan.
Sinematografi sebagai
ajang berkreasi
Salah satu cara yang dapat menumbuhkan pendidikan kreatif adalah
adanya sinematografi pembelajaran. “Sinematografi secara etimologis berasal
dari bahasa Latin yaitu; Kinema (gerak), Photos (cahaya), Graphos
(lukisan/tulisan). Jadi, sinematografi dapat diartikan sebagai aktivitas
melukis gerak dengan bantuan cahaya” (Miyarso 2011:103). Sinematografi
pembelajaran sendiri merupakan mata kuliah prodi Teknologi Pendidikan yang
dalam hal ini bisa dijadikan bidang garapan bagi teknolog pendidikan untuk
mengembangkan pendidikan yang kreatif. Mengapa? Karena sinematografi menurut
Miyarso (2011:104) memiliki tiga unsur utama yang terdiri dari visual gerak,
audio, dan jalan cerita. Visual gerak; bentuk
komunikasi yang dapat berupa tampilan visual secara verbal maupun nonverbal
yang mengandung nilai estetik, artistik, maupun dramatik. Audio; yang berperan besar untuk memperjelas maupun mempertegas
pesan informasi maupun komunikasi yang terkandung dalam visual. Jalan cerita; tidak seperti gambar diam
yang dapat ditafsirkan sendiri oleh yang melihatnya (satu gambar mewakili
seribu kata), suatu karya sinematografi relatif memiliki makna yang universal
dari berbagai penonton yang melihatnya melalui rangkaian gambar bergerak yang mengandung
urutan jalan cerita.
Adanya unsur-unsur di atas tentu sangat membantu pembelajaran
yang ada. Dimana selama ini pendidik hanya berfokus pada bagaimana untuk menyampaikan
isi materi tanpa mengetahui sejauh mana peserta didik memahami pelajaran
tersebut. Dengan adanya sinematografi pembelajaran ini, peserta didik dihadapkan
pada visual yang konkret dengan kasus-kasus yang harus dicarikan solusinya.
Bukan dengan verbalisme, yakni hanya
disampaikan melalui perkataan sehingga menimbulkan banyak penafsiran. Salah
satu contoh karya sinematografi adalah film yang merupakan hasil perpaduan antara
kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam penguasaan teknologi, olah
seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi. Pembelajaran melalui film
rupanya mampu membangkitkan esensi sebuah pendidikan, dimana peserta didik lebih
tergugah dengan film berbau edukasi misalnya film “Laskar Pelangi” yang
mengajarkan peserta didik untuk memperjuangkan cita-cita dan pendidikannya
meski dalam segala keterbatasan. Melalui film tersebut akan dirasa lebih
mengena apa yang dapat diserap oleh peserta didik dibandingkan dengan seorang
pendidik yang hanya memberikan kata-kata motivasi tanpa melihat dalam bentuk
visual konkret. Inilah kemudian yang menjadi keunikan dari bidang teknologi
pendidikan melalui sinematografi pembelajarannya. Akhirnya, semoga dengan
adanya pembelajaran mengenai sinematografi, para teknolog pendidikan dapat
menciptakan pendidikan yang kreatif melalui karya-karya yang penuh kreasi pula
sehingga dapat pula menciptakan esensi pendidikan yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusyadi.
2008. “Teknologi Pendidikan”. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Pendidikan.
Diunduh tanggal 20 Mei 2016.
Munib, Achmad. 2013. Sistem
Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Deepublish.
Rifa’I, Achmad dan Anni, Catharina Tri. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK UNNES
2012.
Miyarso, Estu. 2011. “Peran
Penting Sinematografi Dalam Pendidikan Pada Era Teknologi Informasi dan
Komunikasi”. Dinamika Pendidikan No. 02. 103-104.
0 comments:
Post a Comment